sejarah kebudayaan Suku Batak
Suku Batak merupakan suku yang berasal dari Sumatera Utara dari rumpun etnis yang mendiami sebagian besar wilayah di beberapa kabupaten di Sumatera Utara seperti Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun, Asahan, dan Tapanuli Utara.
Suku Batak ini menjadi suku bangsa terbesar ketiga di Indonesia setelah Suku Jawa dan Suku Sunda. Suku Batak dibagi menjadi 6 subsuku atau yang disebut dengan istilah Puak. Subsuku dari Suku Batak yaitu Suku Batak Toba, Karo, Angkola, Mandailing, Pakpak, dan Simalungun.
Orang Batak juga menganut paham patrilineal yaitu paham garis keturunan bapak sehingga jika terdapat seorang anak dari Suku Batak yang lahir maka akan mengikut marga dari sang ayahBagi orang Batak, sangat penting untuk mengetahui asal-usul atau dari keturunan mana orang tersebut berasal.
Untuk mengetahui hal ini Suku Batak menggunakan Tarombo atau silsilah garis keturunan.
Dengan menggunakan Tarombo, maka akan diketahui dari garis keturunan mana seseorang berasal dan bagaimana posisinya pada marga tersebut serta dapat dirunutkan juga asal-usul keturunan orang tersebut hingga sampai pada si Raja Batak.
Falsafah Hidup Orang Batak
Sama seperti suku lainnya di Indonesia, Suku Batak juga memiliki pandangan hidup atau falsafah yang digunakan sebagai pedoman hidup serta berfungsi untuk mengontrol perilaku masyarakatnya. Adapun beberapa falsafah dari Suku Batak antara lain.
Hagabeon,
merupakan harapan untuk memiliki keturunan yang baik dan panjang umur, karena pada suku Batak banyaknya keturunan merupakan tanda keberhasilan suatu pernikahan.
Uhum dan Ugari, uhum artinya “hukum” dan ugari artinya “kebiasaan”. Dengan demikian falsafah ini memiliki arti, pada Suku Batak penting untuk menegakkan hukum dan membiasakan diri untuk berbuat baik dan setia dalam memegang janji
Hamoraon,
falsafah yang satu ini bermakna kehormatan. Kehormatan di sini artinya keseimbangan antara materi dan spiritual. Untuk mencapai Hamoraon, orang Batak harus memenuhi dua aspek ini.
Pengayoman,
falsafah yang satu ini Memiliki makna agar orang Batak senantiasa dapat menjadi pelindung atau pengayom bagi orang lain. Oleh karenanya, orang Batak harus mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Marsisarian,
Marsisarian adalah nilai kehidupan suku Batak yang senantiasa menghargai perbedaan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, bahwasanya meski perbedaan itu ada orang Batak harus terap menciptakan hubungan yang harmonis.
Kekerabatan,
tak dapat dipungkiri, nilai kehidupan yang satu ini merupakan yang paling melekat dan menjadi identitas orang Batak. Dimana orang Batak dikenal selalu menjaga erat tali persaudaraan antara sub suku baik di kampung halaman atau pun saat merantau sekalipun.
Tradisi dan Kebudayaan Suku Batak
Tradisi Mangulosi
Salah satu tradisi dari Suku Batak adalah Mangulosi. Mangulosi merupakan acara pemberian kain tenun khas Batak yaitu kain Ulos oleh sosok yang dituakan atau disebut dengan hula-hula. Bagi Suku Batak, kain Ulos sendiri dipercaya dapat memberi perlindungan dari segala cuaca dan kondisi. Sehingga diharapkan orang yang menerima kain Ulos bisa memperoleh perlindungan tersebut.
Tari Tor-tor
Tari Tor-tor merupakan tari khas Sumatera Utara lebih tepatnya tari tradisional dari Suku Batak. Tari ini biasa dipentaskan pada berbagai acara seperti upacara adat dan keagamaan, pernikahan ataupun penyambutan tamu.
Sebagai pengiring biasanya akan dimainkan alat musik berupa gamelan khas Batak yang disebut dengan Lima Taganing.
Merantau
Mirip dengan Suku Minangkabau, Suku Batak juga memiliki tradisi merantau. Tradisi ini berlaku untuk anak laki-laki yang menginjak usia dewasa dimana mereka diharuskan untuk merantau dan belajar untuk bekerja dan hidup mandiri.
Tags
Matakuliah