Cinta yang Terpecah: Membedah Faktor-Faktor yang Memicu Perselingkuhan
Cinta, yang seharusnya menjadi dasar kekuatan dalam hubungan, sering kali mengalami ujian berat seiring berjalannya waktu. Salah satu ujian paling besar yang dapat meruntuhkan hubungan adalah perselingkuhan. Perselingkuhan tidak hanya mencederai fisik, tetapi juga menghancurkan perasaan, mengganggu kepercayaan, dan meninggalkan luka yang sulit sembuh. Sebagai fenomena yang telah ada sejak zaman dahulu, perselingkuhan sering kali dihubungkan dengan pengkhianatan, kebohongan, dan perasaan kecewa. Namun, untuk benar-benar memahami fenomena ini, kita perlu menggali lebih dalam dan mempertanyakan, apa yang sebenarnya memicu seseorang untuk melakukan perselingkuhan? Mengapa cinta yang dulu begitu kuat bisa terpecah hanya karena kehadiran orang ketiga atau kesalahan dalam komunikasi? Artikel ini akan membahas berbagai faktor yang memicu perselingkuhan dalam hubungan, serta memberikan gambaran tentang bagaimana perasaan, kebutuhan, dan situasi kehidupan memengaruhi perilaku manusia dalam sebuah hubungan.
dalam suatu kesempatan, di perkuliahan kami pernah belajar bersama ibu Aisya budi M.Sos dalam matakuliah kesejahteraan sosial dalam pembelajaran tentang masalah sosial dalam rumah tangga. dalam diskusi dan presentasi kami membahas tentang berbagai macam permasalahan dalam keluarga. diantaranya termasuk masalah perselingkuhan, dalam kesempatan diskusi pada hari itu mendapatkan bahwa perselingkuhan antar pasangan dapat merusak kepercayaan dan keharmonisan dalam keluarga. dan akibat atau dampak dari perselingkuhan kemungkinan bisa terjadinya hilang kepercayaan, perdebatan, kekerasan bahkan perceraian. dalam buku yang pernah saya baca juga yaitu buku yang berjudul masalah dalam keluarga karya Subiyanto tahun 2020, disebutkan dalam buku itu bahwa perselingkuhan adalah masalah sosial dalam rumah tangga yang sangat berdampak negatif bagi kerukunan dan keharmonisan serta keutuhan rumah tangga.
dalam Al Qur'an Allah SWT juga berfirman dalam surah An Nur ayat 30 tentang menjaga pandangan yang bisa dikaitkan atau ditafsirkan kepada permasalahan perselingkuhan ayat dan terjemahan ayat nya yaitu: قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang mereka perbuat.
dan ketika ayat ini ditafsirkan dengan tafsir wajiz maka terdapat penjelasan sebagai berikut pada ayat ini Allah menguraikan etika berinteraksi antarsesama, baik saat di dalam rumah maupun di luar rumah. Wahai Nabi Muhammad, katakanlah kepada laki-laki yang beriman dengan mantap agar mereka menjaga pandangannya dari melihat sesuatu yang tidak halal dilihat, dan perintahlah mereka memelihara kemaluannya dari apa yang tidak halal untuknya. Yang demikian itu lebih suci bagi jiwa mereka agar tidak terjatuh pada perbuatan haram. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat
Pada dasarnya, perselingkuhan bisa dianggap sebagai respons terhadap berbagai ketidakpuasan yang ada dalam hubungan tersebut. Salah satu faktor terbesar yang dapat memicu perselingkuhan adalah komunikasi yang buruk. Ketika pasangan tidak lagi bisa saling berbicara dengan terbuka, masalah kecil sering kali berkembang menjadi masalah besar. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik secara sehat dan konstruktif dapat menciptakan jarak emosional yang membuat pasangan merasa tidak dihargai atau tidak dicintai. Dalam beberapa kasus, pasangan yang merasa tidak dipahami atau diabaikan dalam hubungan akan mencari perhatian di tempat lain, yang berujung pada pengkhianatan. Tanpa komunikasi yang baik, kedua belah pihak tidak akan pernah benar-benar mengetahui apa yang terjadi dalam hati dan pikiran pasangan mereka, yang membuka celah bagi masalah yang lebih besar.
Selain itu, ketidakpuasan emosional sering kali menjadi alasan utama seseorang untuk berselingkuh. Cinta yang terpecah dapat disebabkan oleh rasa kesepian atau kekosongan emosional dalam hubungan. Ketika satu pasangan merasa tidak lagi mendapatkan perhatian atau kasih sayang yang mereka inginkan, mereka bisa terjebak dalam perasaan kecewa yang mendalam. Kondisi ini diperburuk jika pasangan tersebut tidak bisa atau tidak mau berbicara tentang perasaan mereka. karenanya sebagian orang menganggap perselingkuhan bisa menjadi jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan emosional yang hilang. yang menyebabkan mereka mencari seseorang yang bisa memberi perhatian, pengertian, dan kasih sayang yang seharusnya mereka terima dari pasangan mereka sendiri. bisa kita lihat Dari banyak kasus, perselingkuhan dimulai bukan karena adanya niat untuk mengkhianati, tetapi lebih karena perasaan terabaikan dan tidak dihargai dalam hubungan.
Faktor lainnya yang turut mempengaruhi terjadinya perselingkuhan adalah ketidakpuasan seksual. Hubungan seksual yang tidak memadai atau monoton dapat menyebabkan pasangan merasa tidak puas dan mencari pemenuhan di luar hubungan mereka. Ketidakcocokan seksual atau kehilangan gairah sering kali dipandang sebagai masalah yang tabu dalam hubungan, dan lagi-lagi yang menjadi salah satu penyebabnya karena komunikasi yang buruk banyak pasangan enggan membicarakannya secara terbuka. Ketika kebutuhan seksual tidak dipenuhi dalam hubungan yang sah, beberapa orang mungkin merasa dorongan untuk mencari pemenuhan di luar hubungan itu. Perselingkuhan seksual sering kali terjadi karena seseorang merasa frustrasi dengan kurangnya kepuasan seksual dan merasa bahwa mereka berhak untuk mencari kepuasan tersebut, tanpa mempertimbangkan konsekuensi emosional yang akan ditimbulkan.
Selain faktor internal yang terkait dengan perasaan atau komunikasi dan konflik antar keluarga , faktor eksternal juga memainkan peran penting dalam terjadinya perselingkuhan. Tekanan dari lingkungan sosial, pekerjaan, atau bahkan media dapat menciptakan peluang dan dorongan untuk berselingkuh. Misalnya, kehidupan yang sibuk dan penuh tekanan, terutama dalam karier, sering kali membuat pasangan tidak memiliki cukup waktu untuk berkualitas bersama. Ketika rutinitas kehidupan sehari-hari menghalangi kedekatan emosional, hubungan bisa terpinggirkan, dan salah satu pihak mungkin merasa terisolasi. Di sinilah muncul godaan untuk mencari hubungan baru yang lebih menyenangkan atau memberi perhatian lebih. Selain itu, media sosial juga memiliki peran besar dalam memicu perselingkuhan. Dengan kemudahan berkomunikasi dan menemukan orang baru secara online, godaan untuk berselingkuh semakin besar. Banyak orang yang merasa bahwa mereka dapat melibatkan diri dalam hubungan emosional atau fisik tanpa harus langsung menanggung konsekuensi besar, karena komunikasi online terasa lebih aman dan tanpa jejak.
Kondisi psikologis dan latar belakang pribadi juga dapat memengaruhi kecenderungan seseorang untuk berselingkuh. Sebagian individu mungkin memiliki kecenderungan untuk mencari pengalihan atau pelarian dari masalah yang lebih besar dalam hidup mereka. Misalnya, mereka yang memiliki riwayat trauma atau masalah dalam hubungan sebelumnya mungkin lebih rentan terhadap perselingkuhan karena mereka takut untuk menghadapi komitmen yang lebih dalam atau merasakan kebebasan yang lebih besar di luar hubungan mereka. Rasa tidak aman atau kebutuhan akan konfirmasi diri juga bisa menjadi dorongan yang kuat untuk melakukan perselingkuhan. Orang yang merasa tidak cukup dihargai atau dicintai dalam hubungan mereka mungkin mencari penerimaan dari luar untuk merasa lebih berharga.
Namun, terlepas dari faktor-faktor penyebab perselingkuhan yang telah dibahas, penting untuk diingat bahwa tidak ada alasan yang membenarkan pengkhianatan dalam hubungan. Perselingkuhan selalu membawa dampak yang merusak, baik bagi pasangan yang dikhianati maupun bagi hubungan itu sendiri. Untuk menghindari perselingkuhan, komunikasi yang jujur dan terbuka adalah kunci. Setiap pasangan perlu belajar untuk saling memahami, mendengarkan, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Jangan biarkan masalah yang seharusnya dapat diselesaikan berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar. Jika masalah emosional atau seksual terjadi, sebaiknya dibicarakan bersama-sama dengan tujuan untuk mencari solusi, bukan mencari pelarian.
Sebagai penutup, perselingkuhan sering kali bukanlah hasil dari satu kejadian atau satu faktor saja, melainkan akumulasi dari berbagai ketidakpuasan dalam hubungan yang tidak ditangani dengan baik. Cinta yang terpecah menjadi celah-celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar, dan hubungan yang tidak dikelola dengan baik akan menghadapi ancaman serius. Untuk menghindari perselingkuhan, pasangan perlu terus menjaga komunikasi yang baik, memberi perhatian emosional dan fisik satu sama lain, serta menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif. Perselingkuhan tidak hanya merusak hubungan, tetapi juga menghancurkan kepercayaan yang sulit dibangun kembali. Oleh karena itu, menjaga cinta dan kepercayaan adalah tantangan besar yang memerlukan kerja keras dan komitmen dari kedua belah pihak.