Berita Kegiatan Mahasiswa/i Magang MBKM LSM JEMARI Sakato Kota Padang

 

Dari Sampah Jadi Berkah: Cerita Bank Sampah Pasia Nan Tigo


Di Pasia Nan Tigo, Kota Padang, sebuah perubahan besar bermula dari sesuatu yang sering dianggap sepele: sampah. Tempat yang dulu dipenuhi tumpukan plastik dan limbah rumah tangga, kini perlahan berubah jadi lingkungan yang bersih, hijau, dan penuh semangat. Semuanya berkat tangan kreatif warga dan dukungan dari PLN Unit Induk Wilayah Sumatera Barat melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Di suatu kesempatan tepatnya pada hari Pada Sabtu, 26 April 2025, kami, mahasiswa-mahasiswi UIN Syahada yang sedang menjalani program magang MBKM di Kota Padang, menyempatkan diri mengunjungi sebuah bank sampah yang terletak tak jauh dari tempat tinggal kami. Rasa penasaran tentang bagaimana bank sampah itu beroperasi membawa kami ke sebuah rumah sederhana di samping pantai, tempat di mana perubahan itu bermula.

Kami diterima dengan ramah oleh Ibu Muliyati, salah satu pendiri sekaligus Wakil Direktur Bank Sampah Pasia Nan Tigo. Dalam perbincangan hangat sore itu, Ibu Muliyati menceritakan perjalanan panjang penuh tantangan sejak awal pendirian bank sampah ini. Ide tersebut, kata beliau, sudah mulai tercetus pada tahun 2018, namun baru resmi berdiri pada 2020 — tepat di samping rumah beliau sendiri.  dalam kesempatan itu kami mengunjungi langsung tempat bank sampah dan juga berbincang-bincang dengan salah satu pendiri bank sampah itu. 

Awal mula didirikannya bank sampah ini karena termotivasi karena melihat banyaknya sampah yang dibiarkan begitu saja kelurahan pasio nan tigo adalah termasuk daerah pesisir pantai dan banyak sekali masyarakat yang membuang sampah ke pantai yang pada akhirnya mencemari laut. dari  pengalaman banyak nelayan dari cerita ibu Mulyati juga kepada kami bahwa dulu sakin banyak nya sampah yang dibuang ke laut atau tepi pantai banyak para nelayan yang ketika  menjaring ikan di laut merasa jaringnya berat yang ternyata bukan berat karena banyak ikan tetapi berat karena yang didapat adalah sampah. bank sampah ini sendiri sempat pakum karena pandemi covid-19. namun pada saat itu juga mereka tidak menyerah dan mereka membuat masker yang dibuat dari kain yang kemudian di uji oleh kesehatan dan akhirnya lulus dan bisa dipasarkan.


 Awal Perjalanan: Dari Resah Jadi Aksi

Semua bermula dari keresahan warga terhadap makin banyaknya sampah yang berserakan. Lingkungan jadi kotor, bau menyengat, bahkan mengancam kesehatan. Tapi, daripada hanya mengeluh, sekelompok warga memilih bertindak. yang kemudian ibu Mulyati dan kedua kawannya menjadi pendiri bank sampah yang menjadikan itu upaya mengurangi pembuangan sampah sembarangan.

Bank Sampah Unit pasio nan tigo dibentuk dengan konsep sederhana tapi berdampak besar. Di sini, sampah anorganik seperti plastik, botol, dan kertas dikumpulkan, dipilah, ditimbang, lalu dicatat sebagai "tabungan." Hasilnya? Warga bisa mendapatkan uang dari sampah yang selama ini dianggap tak berharga. dari jenis sampah yang bisa diterima di bank sampah dari yang disampaikan ibu Mulyati anataranya yaitu: sampah plastik seperti sampah deterjen sabun, sampah plastik  makanan ringan dan lainnya, juga sampah buah atau sayuran yang belum busuk mereka terima dan diolah menjadi ekoenzim dan digunakan sebagai pupuk tanaman alami.

Kemudian sampah sampah itu diolah dijadikan barang-barang menarik seperti tas, dompet, tempat minum, bros, vas bunga dan gantungan kunci dan masih banyak lagi dengan dsain yang menarik dan cantik. 

Dari cerita ibu Mulyati bahwa barang- barang yang mereka hasilkan sudah sampai keluar negeri seperti Jepang Malaysia dan lainnya. dan banyak dilirik oleh para masyarakat. dan tidak hanya bekerja sama dengan PLN saja tpi juga bekerja sama dengan salah satu LSM gugah nurani Indonesia (GNI) yang berada di kota Padang. Yang tentunya juga sudah banyak membantu perkembangan dan keberlanjutan bank sampah unit Pasia Nan Tigo. Baik itu dari bantuan material dukungan dan kolaborasi yang efektif. Sehingga membuat bank sampah unit Pasia Nan Tigo bisa berjalan sampai sekarang.

Di akhir bincang-bincang kami, Ibu Muliyati menyampaikan harapan tulus mereka: menjadikan Pasia Nan Tigo sebagai daerah "zero waste" — bebas dari sampah. Meskipun tidak semua warga langsung menerima konsep ini dengan tangan terbuka, semangat para penggerak bank sampah tidak pernah luntur. Perlahan, manfaat dari keberadaan bank sampah mulai dirasakan oleh masyarakat luas. Lingkungan yang lebih bersih, kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik, serta tambahan penghasilan dari hasil kerajinan menjadi bukti bahwa upaya ini membawa perubahan nyata.

Apa yang dilakukan oleh Bank Sampah Pasia Nan Tigo mengajarkan kami bahwa perubahan besar selalu bermula dari langkah kecil dan keberanian untuk peduli. Dari tumpukan sampah, lahir harapan. Dari keresahan, lahir aksi. Dan dari aksi kecil komunitas ini, lahir sebuah inspirasi besar bagi siapa saja yang percaya bahwa masa depan yang bersih dan sehat bisa kita wujudkan bersama.  dari peryataaan ibu juga bahwa sejauh ini bank sampah juga sudah memberikan manfaat yang banyak bagi mereka dan masyarakat setempat karena lingkungan mereka lebih bersih dan berkurang dari sampah. serta sedikit banyaknya juga bisa membantu ekonomi masyarakat karena dari barang-barang yang dihasilkan dari bermacam-macam sampah mereka jual atau pasarkan lagi. 


Lebih baru Lebih lama