Mentawai Menuju Ekonomi Mandiri: Bisakah Pariwisata Jadi Tulang Punggung?
Kepulauan Mentawai di Sumatra Barat adalah surga tersembunyi yang semakin dikenal dunia karena keindahan alamnya. pernyataan ini juga sempat dikatakan oleh ibu Puji Rahayu penduduk Mentawai di salah satu podcast JEMARI Sakato beliau mengatakan bahwa kepulauan mentawai adalah surganya keindahan pantai karena setiap saat kita bisa menikmatinya. Ombak besar yang menggoda peselancar, hutan tropis yang masih terjaga baik, dan juga kearifan lokal suku Mentawai menjadi daya tarik utama. Namun, di balik keindahannya, masyarakat Mentawai masih menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Pertanyaannya, bisakah sektor pariwisata menjadi tulang punggung ekonomi dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal?
Sekarang ini, perekonomian Mentawai masih sangat bergantung pada sektor perikanan dan pertanian. Banyak penduduknya yang bekerja sebagai nelayan tradisional atau petani sagu, pisang, dan keladi. Sayangnya, hasil pertanian dan perikanan sering kali tidak cukup untuk memberikan kehidupan yang layak. Akses pasar yang terbatas, infrastruktur yang minim, serta harga jual yang berubah dan tidak tetap menjadi kendala utama. hal ini membuat, pariwisata muncul sebagai harapan baru.
Mentawai memiliki potensi wisata kelas dunia, terutama dalam bidang selancar. Ombak di wilayah ini, seperti di Pulau Sipora, Siberut, dan Pagai, telah menarik peselancar dari berbagai negara. Selain itu, budaya suku Mentawai dengan tato tradisionalnya yang unik dan gaya hidup yang menyatu dengan alam menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Namun, meskipun jumlah turis meningkat, dampaknya terhadap ekonomi masyarakat lokal masih belum maksimal.
Salah satu tantangan utama adalah dominasi investor luar dalam industri pariwisata. Banyak resor dan bisnis wisata dikelola oleh pihak luar, sementara masyarakat setempat hanya mendapat pekerjaan sebagai tenaga kasar dengan upah rendah. Hal ini memunculkan kesenjangan ekonomi yang tinggi. Jika pariwisata ingin benar-benar menjadi tulang punggung ekonomi Mentawai, maka model bisnisnya harus lebih inklusif, melibatkan masyarakat lokal sebagai pemilik usaha, bukan hanya sebagai pekerja.
Di beberapa daerah wisata lain di Indonesia, pendekatan berbasis komunitas (community-based tourism) telah terbukti berhasil. Misalnya, di Desa Penglipuran, Bali, masyarakat setempat mengelola sendiri sektor pariwisata mereka dan mendapatkan keuntungan langsung. Model ini bisa diterapkan di Mentawai dengan membangun homestay milik warga, usaha kuliner khas lokal, serta paket wisata budaya yang dikelola oleh masyarakat.
Selain itu, edukasi dan pelatihan sangat diperlukan agar masyarakat Mentawai dapat bersaing di industri pariwisata. Keterampilan seperti manajemen bisnis, pemasaran digital, hingga penguasaan bahasa asing bisa menjadi modal penting bagi warga lokal agar lebih mandiri. Pemerintah daerah dan swasta perlu bekerja sama dalam memberikan pelatihan ini, agar masyarakat tidak hanya menjadi penonton di tanah mereka sendiri.
Infrastruktur juga menjadi kendala besar. Akses transportasi ke Mentawai masih terbatas, karena kepulauan mentawai juga termasuk daerah afirmasi di Sumatra Barat dan itu satu-satunya daerah afirmasi daerah Afirmasi sendiri yang saya pelajari di suatu kesempatan magang di JEMARI Sakato adalah daerah yang mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena mengalami berbagai keterbatasan seperti: ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur contohnya daerah miskin dan daerah terdampak bencana. Jika infrastruktur transportasi ditingkatkan dan harga tiket lebih terjangkau, kunjungan wisatawan bisa meningkat drastis. Selain itu, fasilitas seperti listrik, air bersih, serta jaringan internet yang stabil juga harus diperbaiki agar wisatawan merasa nyaman.
Keberlanjutan lingkungan juga harus diperhatikan. Pengembangan pariwisata yang tidak terkendali dapat merusak ekosistem Mentawai, yang merupakan salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Oleh karena itu, konsep ekowisata harus menjadi prioritas, di mana pengelolaan pariwisata dilakukan dengan tetap menjaga keseimbangan alam.
Jika dikelola dengan baik, pariwisata memang bisa menjadi tulang punggung ekonomi Mentawai. Namun, hal ini hanya bisa terwujud jika masyarakat lokal benar-benar dilibatkan dalam pengelolaan dan mendapat manfaat langsung dari industri ini. Pariwisata berbasis komunitas, peningkatan infrastruktur, serta edukasi masyarakat menjadi kunci utama. Dengan demikian, Mentawai tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, tetapi juga sebagai daerah yang mampu berdikari secara ekonomi melalui sektor pariwisata.